Generasi Emas Barcelona Racikan Johan Cruyff Tak Berdaya Di libas Sao Paulo

Generasi Emas Barcelona Racikan Johan Cruyff Tak Berdaya

Generasi Emas Barcelona Racikan Johan Cruyff Tak Berdaya Di libas Sao Paulo

Penikmat sepak bola mengenal Pep Guardiola sebagai otak di balik keperkasaan Barcelona mendominasi Spanyol, Eropa, dan dunia pada periode 2009-2012 dengan modal permainan bola-bola pendek nan cepat bernama tiki-taka.

Namun, Guardiola toh sekadar menyempurnakan taktik pendahulu sekaligus gurunya, Johan Cruyff. Dia pernah merasakan sentuhan magis kepelatihan legenda Belanda itu selama enam tahun pada 1990-1996.

Kala itu, Barcelona juga tengah merajai Spanyol dan Eropa berkat materi yahud, yang terdiri dari gabungan talenta lokal dengan bintang asing seperti Michael Laudrup (Denmark), Hristo Stoichkov (Bulgaria), dan Ronald Koeman (Belanda), di tambah kejeniusan Cruyff dalam meracik strategi.

Barcelona era Cruyff menghasilkan 11 trofi bergengsi, antara lain Liga Spanyol (4), Supercopa de Espana (3), Copa del Rey (1), Liga Champions (1), Piala Winners (1), dan Piala Super Eropa (1). Satu-satunya titel yang lepas dari genggaman adalah Piala Interkontinental.

Permainan Barcelona kala itu boleh saja mengundang decak kagum, tapi mereka tetap saja bertekuk lutut dari jawara Amerika Latin, Sao Paulo. Bentrok kedua tim beda benua tersebut berlangsung di Tokyo, Jepang.

Mengusung strategi ofensif, Barcelona mengambil inisiatif menyerang terlebih dulu. Upaya ini sukses berbuah gol melalui aksi Stoichkov menyelesaikan operan terobosan Guardiola pada menit ke-12.

Gol Dari Barcelona Yang membangunkan Sao Paulo

Gol Barcelona seolah membangunkan Sao Paulo. Sisa waktu pertandingan praktis menjadi milik Sao Paulo yang mengandalkan kolaborasi ciamik Muller, Toninho Cerezzo, dan Rai Souza, dalam menekan barisan pertahanan lawan.

Hasilnya, Sao Paulo berhasil memukul balik lewat sepasang torehan Rai masing-masing pada menit ke-27 dan 78. Adik kandung gelandang legendaris Brasil, Socrates, itu benar-benar menjelma sebagai momok bagi kiper Barcelona, Andoni Zubizarreta.

Teknik olah bola Rai yang dapat di ibaratkan sebuah pedang mengilap khas Jepang, Samurai. Dia begitu cerdas dan tajam sepanjang 90 menit berada di atas lapangan.

Permainan gemilang Rai pula yang membuat Johan Cruyff sampai mengakui kekalahan dan memuji lawan dalam jumpa pers seusai laga. Dia menilai Barcelona seperti baru saja kena tabrak mobil Ferrari.

“Saya pikir semua orang sudah tahu. Sao Paulo bermain jauh lebih baik daripada kami. Mereka dapat mempertahankan irama permainan sampai bubaran,” kata Cruyff di kutip dari Tabloid BOLA edisi Minggu Ketiga Desember 1992.

“Tak ada rasa kecewa. Untuk apa itu? Di Belanda kami punya istilah. Kalau di tabrak, tak perlu ribut-ribut bila mobil yang menabrak kita adalah Ferrari,” imbuhnya.

Di lain pihak, keberhasilan Sao Paulo bermakna spesial bagi pelatih Tele Santana yang kala itu baru dua tahun menukangi Do Tricolor (Si Tiga Warna).  

Rentang waktu itu ia maksimalkan dengan menyapu bersih setiap turnamen yang di ikuti sejak 1990, mulai dari Campeonato Paulista (regional), Campeonato Brasileiro Serie A (nasional), Copa Libertadores (kontinental), hingga Piala Interkontinental.

Post Comment

Berita Lainnya